jam

Kamis, 21 Oktober 2021

Hibah Kompetitif Program YESS : Wujudkan Petani milenial yang Sukses

 

Hibah Kompetitif Program YESS : Wujudkan Petani milenial yang Sukses


TIM NPMU dan DIT Tulungagung bersama Penerima Manfaat Hibah Kompetitif Program YESS
Kecamatan Campurdarat

 

    Campurdarat- Untuk mempromosikan sektor pertanian, ketahanan pangan, gizi, dan mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang serta kesejahteraan sosial, Kementan bersama International Fund for Agricultural Development (IFAD) melakukan transformasi pertanian berkelanjutan di daerah pedesaan melalui program YESS (Youth Entrepeneurship and Employment Support Service). Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu Kabupaten yang terpilih dalam rangkaian proses Program YESS.

    Tujuan utama program YESS untuk menggali potensi serta menggembangkan kualitas pemuda/pemudi di perdesaan melalui penyediaan fasilitasi dan bimbingan guna menjadi petani atau wirausahawan muda profesional di sektor pertanian. Sasaran program YESS ini adalah generasi muda (18-38 tahun) yang ada di Pedesaan. Program YESS Tulungagung ini juga bekerjasama dengan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) disetiap Kecamatan. Salah satu BPP yang bekerjasama dengan Program YESS adalah BPP di Kecamatan Campurdarat.

         Program YESS juga memfasilitasi Hibah Kompetitif bagi petani muda yang sudah memiliki usaha untuk dikembangkan dengan lebih baik lagi. Tulungagung berhasil mencetak 13 petani muda yang mendapat dana Hibah Kompetitif.

        Salah satu penerima Hibah Kompetitif adalah Wahyu Candra Nugroho, seorang pemuda dari Desa Campurdarat Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung. Wahyu Candra Nugroho mendapatkan kesempatan untuk menjalani monev atau validasi data yang diajukan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Campurdarat sebagai Penerima Hibah Kompetitif. TIM NPMU dari BPPSDMP dan DIT Tulungagung melakukan monev pada hari Jum'at tanggal 15 Oktober 2021.



Wahyu Candra Nugroho, Penerima Hibah Kompetitif Kecamatan Campurdarat
Kabupaten Tulungagung

 

    Wahyu menceritakan awal mula ia merintis usahanya kepada Tim Mobilizer, Fasilitator serta Koordinator dan Penyuluh Pertanian di Desa Campurdarat Kecamatan Campurdarat. “Saya memulai usaha penggemukan sapi sejak 2 tahun yang lalu. Tak hanya itu, saya juga ingin membuat pakan fermentasi untuk ternak sapi. Untuk rencana beberapa tahun yang akan datang, saya ingin memberdayakan masyarakat sekitar dalam usaha penggemukan sapi dengan memanfaatkan potensi yang ada”.  

 

Senin, 28 Juni 2021

Akibat Hujan Deras, Banyak Petani Terancam Gagal Panen

 Kamis, 24 Juni 2021 hujan deras mengguyur hampir seluruh kawasan di Kabupaten Tulungagung. Beberapa daerah di Tulungagung terendam banjir, begitu pula areal persawahannya. Salah satu daerah terdampak adalah Kecamatan Campurdarat, dimana banyak areal persawahan di kawasan ini terendam banjir. Hal ini dikarenakan hujan deras bercampur angin yang mengguyur kawasan Campudarat sejak pukul 16:00 WIB yang terus berlanjut hingga malam hari. Areal persawahan yang terendam banjir antara lain lahan pertanian yang ada di Desa Pojok, Pelem, Wates, dan Gamping. Kebanyakan sawah yang terendam banjir merupakan area persawahan dam tanah tadah hujan yang terdapat di dekat aliran sungai atau jalur irigasi.




Untuk dikawasan Gamping sendiri selain karena derasnya hujan dan luapan air sungai, banjir disebabkan juga oleh kiriman air dari pegunungan Tanggunggunung. Sehingga sungai yang sudah penuh dengan air dari hulu sungai tidak bisa menampung air kiriman dari pegunungan tersebut. Akibatnya air menggenangi area persawahan di sekitar aliran sungai.  Selain dikawasan Gamping, banjir kiriman dari pegunungan atau luruhan juga menyebabkan banjir di areal persawahan desa Pojok. Banjir luruhan yang meluncur deras dari pegunungan, Kamis (24/6/2021), seperti mengepung kawasan Dusun Secang, Desa Pojok, Kecamatan Campurdarat di Tulungagung. Akibatnya, banjir bercampur lumpur kuning itu dengan cepat memenuhi sungai Desa Pojok. Lalu air bergerak ke arah Barat, dengan menyeret berbagai material besar, seperti tunggak bambu dan potongan kayu dan meluap ke areal persawahan yang dilintasi sungai pojok.




Tingginya debit air yang mengalir ke sungai pojok berasal dari pegunungan Dusun Secang, Desa Pojok dan Dusun Bangak, Desa Pelem. Banjir ini diduga akibat kondisi lereng gunung yang gundul, sehingga tidak bisa menahan air hujan. Luapan air juga menjebol tanggul sungai yang tidak jauh dari jembatan macan. Beruntung, air dari sungai masuk ke saluran sekunder irigasi, sehingga tidak langsung memasuki sawah warga. Selain melintasi Desa Pojok dan Pelem aliran sungai ini juga mengarah melintasi Desa Wates yang mengakibatkan juga areal persawahan yang dilintasi terendam banjir. Total luas areal persawahan yang terendam di Desa Pelem seluas 102hektar,Pojok 42hektar,Camapurdarat 45hektar, Wates 278Hektar dan total luas areal persawahan 465 hektar yang tanamannya terancam mati karena terendam banjir.



Curah hujan yang tinggi menyebabkan aliran sungai yang melintasi areal persawahan meluap dan menyebabkan sawah terendam banjir. Akibatnya banyak tanaman yang ditanam terancam mati karena busuk tergenang air. Terlebih lagi masih banyak petani yang menanam tanaman yang tidak tahan air, seperti: tomat, terong, mentimun, cabai dan bawang merah. Banjir ini menyebabkan tanaman-tanaman (jagung,bawang merah,tembakau) mulai layu karena tergenang air terlalu banyak. Selain tanaman tersebut, tanaman padi juga terdampak banjir yang terjadi. Sebagian besar petani di desa yang terendam banjir baru saja mulai tanam padi. Sawah yang baru saja tanam padi terancam gagal karena perakarannya yang belum kuat mengakibatkan padi terlepas dari tanah yang terendam banjir. Akibatnya banyak padi yang baru saja ditanam mati karena tergenang oleh banjir. Selain padi yang baru mulai tanam hujan deras disertai angin kencang yang terjadi pada Kamis (24/6/2021), mengakibatkan tanaman padi yang hampir panen roboh akibat diterjang angin dan terendam banjir sehingga terancam gagal panen.



Jumat, 05 Februari 2021

Pemberantasan Hama Tikus dengan Umpan Bantuan dari Dinas Pertanian

Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan hama padi utama di Indonesia, kerusakan yang ditimbulkan cukup luas dan hampir terjadi setiap musim. Tikus menyerang semua stadium tanaman padi, baik vegetatif maupun generatif, sehingga menyebabkan kerugian ekonomis yang berarti. Secara umum, di Indonesia tercatat tidak kurang dari 150 jenis tikus, sekitar 50 jenis di antaranya termasuk genera Bandicota, Rattus, dan Mus. Enam jenis tikus lebih banyak dikenal karena merugikan manusia di luar rumah, yaitu: tikus sawah (R. argentiventer), tikus wirok (B. indica), tikus hutan/belukar (R. tiomanicus), tikus semak/padang (R. exulans), mencit sawah (Mus caroli), dan tikus riul (R. norvegicus). Tiga jenis lainnya diketahui menjadi hama di dalam rumah, yaitu tikus rumah (R. rattus diardi), mencit rumah (M. musculus dan M. cervicolor).

Tikus sawah mirip dengan tikus rumah, tetapi telinga dan ekornya lebih pendek. Ekor biasanya lebih pendek dari pada panjang kepala-badan, dengan rasio 96,4 ± 1,3%, telinga lebih pendek dari pada telinga tikus rumah. Panjang kepala-badan 170-208 mm dan tungkai belakang 34-43 mm. Tubuh bagian atas berwarna coklat kekuningan dengan bercak hitam pada rambut, sehingga berkesan berwarna abu-abu. Daerah tenggorokan, perut berwarna putih dan sisanya putih kelabu. Tikus betina mempunyai 12 puting susu. Tikus sawah sebagian besar tinggal di persawahan dan lingkungan sekitar sawah. Daya adaptasi tinggi, sehingga mudah tersebar di dataran rendah dan dataran tinggi. Mereka suka menggali liang untuk berlindung dan berkembang biak, membuat terowongan atau jalur sepanjang pematang dan tanggul irigasi. Tikus sawah termasuk omnivora (pemakan segala jenis makanan). Apabila makanan berlimpah mereka cenderung memilih yang paling disukai, yaitu biji-bijian/padi yang tersedia di sawah. Pada kondisi bera, tikus sering berada di pemukiman, mereka menyerang semua stadium tanaman padi, sejak pesemaian sampai panen. Tingkat kerusakan yang diakibatkan bervariasi tergantung stadium tanaman.

Serangan hama tikus juga terjadi hampir diseluruh wilayah di Indonesia, tak terkecuali di Desa Wates, Kecamatan Campurdarat. Serangan hama tikus di daerah Wates bisa terbilang cukup parah. Pasalnya tikus menyebabkan kerugian bahkan sebelum masa tanam, karena hama tikus di desa ini menyerang semaian benih padi yang akan digunakan sebagai bibit yang akan dipindah tanamkan nantinya. Tikus menyerang bibit-bibit padi yang sudah siap untuk dipindah tanamkan, akibatnya petani mengalami kerugian dan harus membeli bibit padi yang siap tanam agar tetap bisa tanam tepat waktu. Selain itu hama tikus juga sangat sulit untuk diatasi, walaupun suda diberi pagar pembatas pada tempat persemaian bibit namun tetap saja terjamah oleh hama tikus. Selain itu perkembangbiakan tikus juga sangat cepat sehingga jumlahnya sangat sulit untuk dikendalikan.

Jumlah anak tikus per induk beragam antara 6-18 ekor, dengan rata-rata 10,8 ekor pada musim kemarau dan 10,7 ekor pada musim hujan, untuk peranakan pertama. Peranakan ke 2-6 adalah 6-8 ekor, dengan rata-rata 7 ekor. Peranakan ke 7 dan seterusnya, jumlah anak menurun mencapai 2-6 ekor, dengan rata-rata 4 ekor. Interval antar peranakan adalah 30-50 hari dalam kondisi normal. Pada satu musim tanam, tikus betina dapat melahirkan 2-3 kali, sehingga satu induk mampu menghasilkan sampai 100 ekor tikus, sehingga populasi akan bertambah cepat meningkatnya. Tikus betina cepat dewasa, pada umur 28 hari sudah siap kawin dan dapat bunting. Masa kehamilan mencapai 19-23 hari, dengan rata-rata 21 hari. Tikus jantan lebih lambat menjadi dewasa daripada betinanya, pada umur 60 hari siap kawin. Lama hidup tikus sekitar 8 bulan.

Sarang tikus pada pertanaman padi masa vegetatif cenderung pendek dan dangkal, sedangkan pada masa generatif lebih dalam, bercabang, dan luas karena mereka sudah mulai bunting dan akan melahirkan anak. Selama awal musim perkembangbiakan, tikus hidup masih soliter, yaitu satu jantan dan satu betina, tetapi pada musim kopulasi banyak dijumpai beberapa pasangan dalam satu liang/sarang. Dengan menggunakan Radio Tracking System, pada fase vegetatif dan awal generatif tanaman, tikus bergerak mencapai 100-200 m dari sarang, sedangkan pada fase generatif tikus bergerak lebih pendek dan sempit, yaitu 50-125 m dari sarang.

Foto

Oleh karena hal tersebut Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Tulungagung yang diwakili oleh BPP Kecamatan Campurdarat mengajak petani di Desa Wates untuk menggiatkan gerakan pemberantasan hama tikus yang belakangan mulai menyerang tanaman padi secara serentak. Pemberantasan dilakukan dengan cara memberikan bantuan berupa umpan tikus yang diharapkan dapat mengurangi jumlah tikus di sawah. Pemberantas hama tikus secara serentak ini diharapkan dapat menekan angka kerugian akibat serangan hama tikus dan dapat memberantas hama dengan lebih efektif. Pemberantasan dilakukan dengan cara memasang umpan di beberapa titik areal persawahan secara serentak. Sebelumnya umpan sudah dimasukan kedalam bamboo yang sudah dipotong-potong, dengan tujuan agar umpan tidak terkenan air hujan. Sebab apabila terkena air hujan umpan akan berjamur dan tikus tidak mau memakannya. Pemberantasan ini dipantau seminggu sekali, apabila jumlah tikus berkurang maka akan dilakukan pemasangan umpan kembali.

Hujan Deras Selama Satu Hari Penuh Sebabkan Banyak Sawah di Kecamatan Campurdarat Terendam Banjir

 

Rabu, 03 Februari 2021 hujan deras mengguyur hampir seluruh kawasan di Kabupaten Tulungagung. Beberapa daerah di Tulungagung terendam banjir, begitu pula areal persawahannya. Salah satu daerah terdampak adalah Kecamatan Campurdarat, dimana banyak areal persawahan di kawasan ini terendam banjir. Hal ini dikarenakan hujan deras bercampur angin yang mengguyur kawasan Campudarat sejak pukul 13:00 WIB yang terus berlanjut hingga malam hari. Areal persawahan yang terendam banjir antara lain lahan pertanian yang ada di Desa Pojok, Pelem, Wates, dan Gamping. Kebanyakan sawah yang terendam banjir merupakan area persawahan yang terdapat di dekat aliran sungai atau jalur irigasi.

Untuk dikawasan Gamping sendiri selain karena derasnya hujan dan luapan air sungai, banjir disebabkan juga oleh kiriman air dari pegunungan Tanggunggunung. Sehingga sungai yang sudah penuh dengan air dari hulu sungai tidak bisa menampung air kiriman dari pegunungan tersebut. Akibatnya air menggenangi area persawahan di sekitar aliran sungai.  Selain dikawasan Gamping, banjir kiriman dari pegunungan atau luruhan juga menyebabkan banjir di areal persawahan desa Pojok. Banjir luruhan yang meluncur deras dari pegunungan, Rabu (3/2/2021), seperti mengepung kawasan Dusun Secang, Desa Pojok, Kecamatan Campurdarat di Tulungagung. Akibatnya, banjir bercampur lumpur kuning itu dengan cepat memenuhi sungai Desa Pojok. Lalu air bergerak ke arah Barat, dengan menyeret berbagai material besar, seperti tunggak bambu dan potongan kayu dan meluap ke areal persawahan yang dilintasi sungai pojok.


Tingginya debit air yang mengalir ke sungai pojok berasal dari pegunungan Dusun Secang, Desa Pojok dan Dusun Bangak, Desa Pelem. Banjir ini diduga akibat kondisi lereng gunung yang gundul, sehingga tidak bisa menahan air hujan. Luapan air juga menjebol tanggul sungai yang tidak jauh dari jembatan macan. Beruntung, air dari sungai masuk ke saluran sekunder irigasi, sehingga tidak langsung memasuki sawah warga. Selain melintasi Desa Pojok dan Pelem aliran sungai ini juga mengarah melintasi Desa Wates yang mengakibatkan juga areal persawahan yang dilintasi terendam banjir. Total luas areal persawahan yang terendam di Desa Pelem seluas 51 hektar dan total luas areal persawahan 125 hektar yang tanamannya terancam mati karena terendam banjir.

Curah hujan yang tinggi menyebabkan aliran sungai yang melintasi areal persawahan meluap dan menyebabkan sawah terendam banjir. Akibatnya banyak tanaman yang ditanam terancam mati karena busuk tergenang air. Terlebih lagi masih banyak petani yang menanam tanaman yang tidak tahan air, seperti: tomat, terong, mentimun, cabai dan bawang merah. Banjir ini menyebabkan tanaman-tanaman mulai layu karena tergenang air terlalu banyak. Selain tanaman tersebut, tanaman padi juga terdampak banjir yang terjadi. Sebagian besar petani di desa yang terendam banjir baru saja mulai tanam padi. Sawah yang baru saja tanam padi terancam gagal karena perakarannya yang belum kuat mengakibatkan padi terlepas dari tanah yang terendam banjir. Akibatnya banyak padi yang baru saja ditanam mati karena tergenang oleh banjir. Selain padi yang baru mulai tanam hujan deras disertai angin kencang yang terjadi pada Rabu (3/2/2021), mengakibatkan tanaman padi yang hampir panen roboh akibat diterjang angin dan terendam banjir sehingga terancam gagal panen. 




Minggu, 17 Januari 2021

Pemanfaatan Tanaman Tembakau Untuk Bahan Baku Pestisida Nabati

Pada saat ini sudah banyak petani yang sadar bahwa penggunaan pestisida kimia berbahaya untuk keseimbangan lingkungan, selain itu juga menyebabkan resisten pada hama yang akan menyulitkan pengendalian hamanya. Oleh karena hal tersebut sudah mulai banyak juga petani yang beralih atau mencari alternatif lain untuk pengganti pestisida kimia. Ada banyak alternative pengganti pestisida kimia seperti membuat pestisida sendiri dari tanaman-tanaman yang ada disekitar kita yang memiliki kemampuan sebagai pestisida alami atau sering disebut dengan pestisida nabati. Salah satu yang sudah menerapkan hal ini adalah kelompok Tani Luhur II yang ada di Desa Wates, Kecamatan Campurdarat. Pada kelompok Tani Luhur II di Desa Wates diadakan pelatihan pembuatan pestisida nabati dengan bahan dasar tanaman tembakau.

Tanaman tembakau tumbuh subur di lahan pertanian Desa Wates dan juga merupakan komoditas unggulan dari desa ini. Pemilihan penggunaan tanaman tembakau untuk dijadikan sebagai pestisida nabati selain karena banyak dibudidayakan di sini juga karena tanaman tembakau memiliki kandungan nikotin yang dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa jenis hama seperti kutu-kutuan (thrips, kutu kebul, aphid, tungau), walang sangit dan ulat. Selain itu tembakau juga mempunyai karakteristik rasa pahit yang tidak disukai hama sehingga jarang terserang hama karenanya tembakau bisa digunakan sebagai ekstrak pestisida nabati. Pestisida nabati yang berbahan dasar tembakau dapat menghambat dan menurunkan nafsu makan dari hama dan juga tidak menghasilkan residu sehingga aman untuk lingkungan tidak menyebabkan hama menjadi resisten. Dalam pengaplikasiannya, yakni dalam pembasmian hama tanaman, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, diantaranya adalah dengan membuat ekstrak tembakau atau dengan cara langsung. Selain itu, tidak jarang juga, pestisida tembakau ini dicampur dengan bahan organik lainnya untuk lebih membantu dalam meningkatkan kerja dari pestisida nabati tersebut.

Bagian tanaman tembakau yang baik untuk digunakan sebagai pengendali hama ataupun penyakit adalah daun dan batangnya, karena bagian ini memiliki kandungan nikotin yang tinggi, terutama pada tangkai dan tulang daun. Ekstrak daun tembakau tidak mempengaruhi kumbang macan dan larvanya ataupun capung. Kandungan nikotin sedikit berpengaruh pada manusia, karena nikotin adalah racun organik yang keras. Oleh karena itu, hindari kontak dengan kulit pada saat penyemprotan. Juga harus pakai penutup hidung (masker) untuk melindungi sistem pernafasan. Setelah di semprot, buah-buahan dan sayuran jangan dimakan selama 3-4 hari. Nikotin sangat beracun pada binatang berdarah panas, maka diperlukan 3-4 hari supaya terurai. Efek Bagi Organisme Bukan Sasaran Ekstrak daun tembakau tidak mempengaruhi kumbang macan dan larvanya ataupun capung.

Berikut langkah-langkah untuk membuat pestisida nabati dengan bahan dasar tanaman tembakau:

Alat dan Bahan:

1.        1. Daun tembakau 1 kg

2.      2. Air 15 liter

3.      3. Sabun cuci piring cair secukupnya (sebagai perekat dan perata)

4.      4. Bak atau ember

5.      5. Lumpang untuk menumbuk

Langkah-Langkah:

Sebanyak 1 kg daun tembakau yang telah dihancurkan direndam dengan air dalam 15 liter air selama 1 hari dan diberi sedikit sabun untuk bahan perekat. Kemudian, larutan daun tembakau tersebut disaring dan segera disemprotkan pada tanaman. Sesudah selesai menyemprot, semua alat yang digunakan segera dibersihkan.

Sasaran hama dan penyakit

· Hama : Aphis, ulat, ulat kobis (thritip, kumbang kecil, pembuat terowongan daun, tungau, pembor batang dan thrips). Ekstrak tembakau ini sangat efektif bila disemprotkan di atas suhu 30 0C.

· Penyakit : karat pada buncis dan gandum, jamur kentang, virus kriting daun.

Sifat istimewa:

Penyemprotan tanaman dengan ekstrak daun tembakau lebih efektif bila digunakan pada suhu di atas 300 C.

Berikut manfaat tembakau dalam memberantas hama:

1. Membunuh Serangga. Merendam sehelai daun tembakau di dalam satu liter air dan diamkan semalam. Nikotin akan dilepaskan ke dalam air dan larutan dapat disemprotkan ke tanaman untuk membunuh serangga.

2. Mencegah Serangan Kutu Tanaman. Menyiapkan campuran yang terdiri atas setengah cangkir bubuk bawang putih, satu cangkir kompos, dan satu cangkir tembakau. Kemudian menyebarkan campuran ini di sekitar pangkal tanaman untuk mencegah serangan kutu tanaman.

3. Mencegah Penyakit Daun Menggulung. Mencampur larutan tembakau dengan bubuk pyrethrum dan semprotkan pada daun untuk mencegah penyakit daun menggulung. Penyakit ini disebabkan larva serangga yang menggulung daun untuk dijadikan tempat tinggalnya.

4. Cegah Hama Pengerek. Menyebarkan tembakau di sekitar pangkal pohon persik untuk mencegah hama penggerek.

5. Membasmi Kelabang. Membasahi tanah dengan campuran air, bawang putih dan tembakau. Kelabang bisa menimbulkan masalah karena memakan tanaman yang masih muda.

6. Basmi Tikus Tanah. Dengan menyebarkan tembakau pada lubang yang menjadi sarang tikus.

7. Menyingkirkan Laba-Laba. Memasukkan tembakau ke dalam sepanci air mendidih. mendinginkan dan menyaring. Kemudian menambahkan setengah cangkir sabun cair wangi lemon. Dan menyemprotkan larutan ini di sekitar halaman untuk menyingkirkan laba-laba.


Rabu, 13 Januari 2021

PENGENDALIAN HAMA WERENG SECARA TERPADU PADA TANAMAN PADI

 

Wereng merupakan hama yang sering ditemui pada tanaman padi. Hama wereng adalah sejenis serangga kepik terbang yang memiliki kebiasaan untuk menghisap cairan tanaman. wereng dibedakan menjadi 3 jenis yakni wereng hijau, wereng coklat dan wereng punggung putih. Wereng coklat (Nilaparvata lugens) merupakan hama yang sangat merugikan untuk tanaman padi. Wereng merupakan serangga yang biasa bergerak dalam kawanan yang banyak dan mampu berpindah tempat dengan terbang hingga 100 km. Dalam perkembangbiakannya wereng juga tergolong sangat cepat sehingga akan menyerang suatu wilayah dengan cepat. Selain menghisap cairan pada tanaman padi, ternyata wereng juga mampu menularkan virus tungro. Hal ini tentu saja akan berbahaya bagi pertumbuhan tanaman.

Untuk pengendalian hama wereng, biasanya petani menggunakan bahan kimia berupa insektisida tipe kontak dan sistemik berbahan aktif sipermetrin ataupun imadikoplorid. Namun penggunaan bahan kimia ini secara terus menerus bisa mengakibatkan wereng menjadi resisten terhadap insektisida yang digunakan, sehingga akan sulit dikendalikan dikemudian hari. Oleh karena itu diperlukan pengendalian hama secara terpadu yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah dengan pengendalian hayati. Pengendalian hayati lebih ramah terhadap lingkungan dan tidak akan menyebabkan resisten pada hama. Pengendalian hayati salah satunya dengan cara inundasi. Inundasi adalah memasukkan agen hayati dari luar dengan sengaja ke pertanaman untuk mengendalikan hama. Inundasi yang dapat dilakukan adalah penggunaan cendawan Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae sebagai agen hayati. Bahan aktif untuk cendawan ini dijual dibeberapa situs belanja online maupun toko petranian, sehingga mudah untuk ditemui.


Deskripsi Beauveria Bassiana

Beauveria Bassiana merupakan jamur entomopatogenetik yang dapat menyebabkan sakit bahkan kematian bagi serangga hama. Jamur beauveria akan tumbuh pada serangga dan kemudian membentuk akan membentuk spora di dalam tubuh serangga/ hama dan lambat laun hama akan mati dengan sendirinya.

Cara Penggunaan:

100 gram beauveria dicampur 14 liter air, bisa ditambakan gula sebagai perekat kemudian dimasukan tangki dengan cara disaring. Aplikasikan pada padi pagi hari sebelum jam 9 atau sore hari setelah jam 3.

Deskripsi METARHIZIUM Anisopliae.

Insektisida Organik Pengendali berbagai Jenis Serangga Pengganggu Tanaman-METARIZIUM
1. Metarhizium Anisopliae merupakan Jamur Entomopatogen yang dapat dijadikan sebagai salah satu agen hayati untuk mengendalikan serangga baik serangga yang menyerang tanaman maupun
organisme antagonis yang berada dalam tanah.
2. Jamur ini bersifat parasit terhadap serangga yang akhirnya dapat menyebabkan penyakit bila
menginfeksi serangga, sehingga dapat menurunkan populasi serangga hama dalam suatu areal
pertanian.
FUNGSI:
- Mengendalikan lebih dari 50 jenis serangga, di antaranya : Kumbang Gandum (Anisopliae Austriaca), Hama Tebu (Cleanus Punctiventris), Kumbang Tanduk (Oryctes Rhinocheros), Kumpang Kelapa, Hama Bubuk Kopi, Helopeltis, Caplak, Tungau, Wereng Batang Coklat, Wereng Hijau, Walang Sangit, Penggerek Batang, Pengerek Jagung, Aphis sp, Myzus sp, Ulat Grayak (Spodoptera sp), Uret, Kepik Hama, Belalang, Ulat Jengkal, dll.

Cara pengunaan:

 100 gram Metarhizium dilarutkan dalam 10 - 15 liter air (satu tangki) kemudian di semprotkan ke sekitar perakaran, batang dan daun secara merata atau 3 - 4 kg / ha dengan kebutuhan larutan
semprot 400 - 500 liter.
CATATAN :
1. Efektifitas Metarhizium anisopliae di lapang sangat dipengaruhi oleh tingkat virulensi, viabilitas & konsentrasi spora.
2. Dalam aplikasi di lapangan perlu ditambah Perekat / Perata / Penembus untuk menghilangkan
ketegangan permukaan spora sehingga terpisah satu dengan yang lain.
3. Di samping itu perlu ditambah gula pasir untuk nutrisi tambahan bagi Metarhizium Anisopliae (untuk tiap tangki ukuran + 10 liter ditambahkan 1 (satu ) Tutup Perekat & 2 (dua ) sendok teh gula pasir.
4. Waktu aplikasi sebaiknya pada sore hari untuk menghindari sinar ultra violet yg akan menurunkan efektifitas cendawan Metarhizium Anisopliae.

            Selain menggunakan cendawan, bisa juga menggunakan musuh alami/ predator wereng yang dilepaskan pada areal yang terserang. Musuh alami wereng antara lain adalah laba-laba serigala, kepik mired, kumbang koksinelid, capung jarum, kumbang paedorus, belalang bertanduk panjang, kumbang karabid. Untuk memanfaatkan predator ini kita harus melakukan pengamatan minimal 1 minggu 1 kali.

Penyebab berkembangnya hama wereng cokelat antara lain perubahan biotipe dan penanaman varietas rentan. Untuk mengurangi penggunaan insektisida juga bisa dengan menggunakan varietas tanaman padi tahan hama wereng. Badan Litbang Pertanian telah melepas beberapa varietas unggul baru padi tahan wereng cokelat, antara lain Inpari 18, Inpari 19, Inpari 31, Inpari 33, Inpari 34 Salin Agritan, dan Inpari 35 Salin Agritan.

Inpari 18 mampu berproduksi hingga 9,5 t/ha dengan rata-rata 6,7 t/ha, umur genjah 102 hari, tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 18%. Selain tahan hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan agak tahan biotipe 3, Inpari 18 juga tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III dan agak tahan patotipe IV. Padi unggul ini cocok dikembangkan pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan dengan ketinggian tempat 0-600 m dari permukaan laut (dpl).

Varietas Inpari 19 memiliki potensi hasil 9,5 t/ha dengan rata-rata 6,7 t/ha, umur genjah 104 hari, tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 18%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan agak tahan biotipe 3, padi unggul ini juga tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III dan agak tahan patotipe IV. Inpari 19 sesuai ditanam pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan dengan ketinggian lokasi pengembangan 0-600 m dpl.

Inpari 31 berpotensi hasil 8,5 t/ha dengan rata-rata 6,0 t/ha, umur 112 hari, tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 21,1%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan 3, padi unggul baru ini juga tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III, tahan penyakit blas ras 033, dan tahan penyakit tungro ras Lanrang. Inpari 31 cocok dikembangkan pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian lokasi 600 m dpl.

Varietas Inpari 33 mampu berproduksi 9,8 t/ha dengan rata-rata 6,6 t/ha, umur 107 hari, tekstur nasi sedang dengan kadar amilosa 23,4%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan 3, padi unggul baru ini juga tahan penyakit hawar daun bakteri protipe III, dan tahan penyakit blas ras 073. Inpari 33 sesuai dikembangkan pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian lokasi 600 m dpl dan tidak dianjurkan ditanam pada lahan sawah endemik penyakit tungro.

Inpari 34 Salin Agritan berumur genjah 102 hari dengan potensi hasil 8,1 t/ha, rata-rata 6,0 t/ha, tekstur nasi agak pera dengan kadar amilosa 22,8%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, varietas unggul baru ini juga tahan penyakit blas ras 033 dan 173, toleran salinitas, dan dapat dikembangkan pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian lokasi 500 m dpl.

Inpari 35 Salin Agritan berpotensi hasil 8,3 t/ha, umur 106 hari, tekstur nasi agak pera dengan kadar amilosa 24%. Agak tahan terhadap wereng cokelat biotipe 1, padi unggul baru ini juga tahan penyakit blas ras 073, dan tidak dianjurkan ditanam pada lahan sawah endemik tungro.

Sumber : Badan Litbang Pertanian

Selain itu juga bisa dilakukan pengendalian hama secara mekanik dan fisik. Pengendalian secara mekanik dan fisik antara lain:

1.      Genangi persemaian, selama sehari, sampai hanya ujung bibit saja yang terlihat.

2.     Sapu persemaian dengan jaring untuk menghilangkan wereng (tapi tidak telurnya), terutama dari persemaian kering. Pada kepadatan wereng yang tinggi, penyapuan tidak akan dapat menghilangkan wereng dalam jumlah banyak dari bagian basal tanaman.

3.     Memperluas jarak tanam, penggunaan sistem tanam jajar legowo juga bisa mengurangi ledakan hama wereng.

4.  Tanam tanaman refugia di sekitar lahan pertanian. Jenis tanaman yang berpotensi dijadikan sebagai tanaman refugia adalah jenis tanamanberbunga yang mempunyai warna mencolok, seperti: Bunga Matahari, Bunga Kertas, Bunga Jengger Ayam (Celosia), Bunga Kenikir, dan Bunga Tahi Ayam (Marigold).


Untuk mengurangi adanya ledakan hama wereng juga bisa dengan cara penanaman padi secara serentak. Hal ini dapat pencegah mobilisasi dari hama wereng, sehingga meminimalisir terjadinya ledakan hama. Selain itu juga harus dilakukan pergiliran tanaman agar hama tidak menetap pada satu lahan terus menerus.

Upaya lain yang bisa dilakukan untuk mengendalikan hama wereng dengan mengurangi penggunaan bahan kimia adalah penggunaan insektisida nabati sebagai pengganti bahan kimia yang berbaya dan dapat menyebabkan resisten pada hama wereng. Penggunaan insektisida nabati dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan resistensi pada hama wereng sehingga lebih ramah lingkungan. Insektisida nabati terbuat dari tanaman yang dimanfaatkan sebagai insektisida, sehingga untuk harganya pun lebih terjangkau. Selain itu petani juga dapat memproduksi sendiri insektisida nabati. Penggunaan insektisida nabati pun juga dirasa cukup efektif berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ( Kardinan, 2011). Gambar dibawah ini merupakan dokumentasi pengendalian hama wereng menggunakan insektisida nabati di Kelompok Tani Mulyo Desa Tanggung Kecamatan Campurdarat.


Dalam    penelitian Sarjan (2009) menunjukkan bahwa insektisida nabati secara umum  bahan aktifnya berasal dari tumbuh‐tumbuhan yang bersifat racun bagi organisme pengganggu, mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, dan fenolik. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati adalah tanaman tali putri (Cassytha filiformis L.). Ekstrak pada tanaman ini mengandung saponin yang merupakan kelompok metabolit sekunder sehingga dapat digunakan sebagai insektisida nabati.

 

Referensi:

BBPadi. 2015. Padi Unggul Baru Tahan Hama Wereng Batang Cokelat. Diakses pada 12 Januari 2021 < http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-berita/info-teknologi/padi-unggul-baru-tahan-hama-wereng-batang-cokelat >

Baehaki S.E. 2011. Strategi fundamental pengendalian hama wereng batang coklat dalam pengamanan produksi padi nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian 4(1): 63-75.

Effendi, B. S. 2009. Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi dalam perspektif praktek pertanian yang baik (good agricultural practices). Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1): 65-68.

Kardinan, A. 2011. Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal dalam pengendalian hama tanaman menuju sistem pertanian organik. Pengembangan Inovasi Pertanian 4(4): 262-278.

Sumarni, T. 2019. Cara Mengatasi Hama Wereng Secara Alami. Diakses pada 12 Januari 2021 < http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/75369/cara-mengatasi-hama-wereng-secara-alami/ >

Wibowo, A. 2017. Petunjuk Lapangan Pengendalian Hama Wereng Coklat. Diakses pada 12 Januari 2021 < http://pertanian.magelangkota.go.id/informasi/teknologi-pertanian/124-petunjuk-lapangan-pengendalian-hama-wereng-coklat >