jam

Minggu, 17 Januari 2021

Pemanfaatan Tanaman Tembakau Untuk Bahan Baku Pestisida Nabati

Pada saat ini sudah banyak petani yang sadar bahwa penggunaan pestisida kimia berbahaya untuk keseimbangan lingkungan, selain itu juga menyebabkan resisten pada hama yang akan menyulitkan pengendalian hamanya. Oleh karena hal tersebut sudah mulai banyak juga petani yang beralih atau mencari alternatif lain untuk pengganti pestisida kimia. Ada banyak alternative pengganti pestisida kimia seperti membuat pestisida sendiri dari tanaman-tanaman yang ada disekitar kita yang memiliki kemampuan sebagai pestisida alami atau sering disebut dengan pestisida nabati. Salah satu yang sudah menerapkan hal ini adalah kelompok Tani Luhur II yang ada di Desa Wates, Kecamatan Campurdarat. Pada kelompok Tani Luhur II di Desa Wates diadakan pelatihan pembuatan pestisida nabati dengan bahan dasar tanaman tembakau.

Tanaman tembakau tumbuh subur di lahan pertanian Desa Wates dan juga merupakan komoditas unggulan dari desa ini. Pemilihan penggunaan tanaman tembakau untuk dijadikan sebagai pestisida nabati selain karena banyak dibudidayakan di sini juga karena tanaman tembakau memiliki kandungan nikotin yang dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa jenis hama seperti kutu-kutuan (thrips, kutu kebul, aphid, tungau), walang sangit dan ulat. Selain itu tembakau juga mempunyai karakteristik rasa pahit yang tidak disukai hama sehingga jarang terserang hama karenanya tembakau bisa digunakan sebagai ekstrak pestisida nabati. Pestisida nabati yang berbahan dasar tembakau dapat menghambat dan menurunkan nafsu makan dari hama dan juga tidak menghasilkan residu sehingga aman untuk lingkungan tidak menyebabkan hama menjadi resisten. Dalam pengaplikasiannya, yakni dalam pembasmian hama tanaman, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, diantaranya adalah dengan membuat ekstrak tembakau atau dengan cara langsung. Selain itu, tidak jarang juga, pestisida tembakau ini dicampur dengan bahan organik lainnya untuk lebih membantu dalam meningkatkan kerja dari pestisida nabati tersebut.

Bagian tanaman tembakau yang baik untuk digunakan sebagai pengendali hama ataupun penyakit adalah daun dan batangnya, karena bagian ini memiliki kandungan nikotin yang tinggi, terutama pada tangkai dan tulang daun. Ekstrak daun tembakau tidak mempengaruhi kumbang macan dan larvanya ataupun capung. Kandungan nikotin sedikit berpengaruh pada manusia, karena nikotin adalah racun organik yang keras. Oleh karena itu, hindari kontak dengan kulit pada saat penyemprotan. Juga harus pakai penutup hidung (masker) untuk melindungi sistem pernafasan. Setelah di semprot, buah-buahan dan sayuran jangan dimakan selama 3-4 hari. Nikotin sangat beracun pada binatang berdarah panas, maka diperlukan 3-4 hari supaya terurai. Efek Bagi Organisme Bukan Sasaran Ekstrak daun tembakau tidak mempengaruhi kumbang macan dan larvanya ataupun capung.

Berikut langkah-langkah untuk membuat pestisida nabati dengan bahan dasar tanaman tembakau:

Alat dan Bahan:

1.        1. Daun tembakau 1 kg

2.      2. Air 15 liter

3.      3. Sabun cuci piring cair secukupnya (sebagai perekat dan perata)

4.      4. Bak atau ember

5.      5. Lumpang untuk menumbuk

Langkah-Langkah:

Sebanyak 1 kg daun tembakau yang telah dihancurkan direndam dengan air dalam 15 liter air selama 1 hari dan diberi sedikit sabun untuk bahan perekat. Kemudian, larutan daun tembakau tersebut disaring dan segera disemprotkan pada tanaman. Sesudah selesai menyemprot, semua alat yang digunakan segera dibersihkan.

Sasaran hama dan penyakit

· Hama : Aphis, ulat, ulat kobis (thritip, kumbang kecil, pembuat terowongan daun, tungau, pembor batang dan thrips). Ekstrak tembakau ini sangat efektif bila disemprotkan di atas suhu 30 0C.

· Penyakit : karat pada buncis dan gandum, jamur kentang, virus kriting daun.

Sifat istimewa:

Penyemprotan tanaman dengan ekstrak daun tembakau lebih efektif bila digunakan pada suhu di atas 300 C.

Berikut manfaat tembakau dalam memberantas hama:

1. Membunuh Serangga. Merendam sehelai daun tembakau di dalam satu liter air dan diamkan semalam. Nikotin akan dilepaskan ke dalam air dan larutan dapat disemprotkan ke tanaman untuk membunuh serangga.

2. Mencegah Serangan Kutu Tanaman. Menyiapkan campuran yang terdiri atas setengah cangkir bubuk bawang putih, satu cangkir kompos, dan satu cangkir tembakau. Kemudian menyebarkan campuran ini di sekitar pangkal tanaman untuk mencegah serangan kutu tanaman.

3. Mencegah Penyakit Daun Menggulung. Mencampur larutan tembakau dengan bubuk pyrethrum dan semprotkan pada daun untuk mencegah penyakit daun menggulung. Penyakit ini disebabkan larva serangga yang menggulung daun untuk dijadikan tempat tinggalnya.

4. Cegah Hama Pengerek. Menyebarkan tembakau di sekitar pangkal pohon persik untuk mencegah hama penggerek.

5. Membasmi Kelabang. Membasahi tanah dengan campuran air, bawang putih dan tembakau. Kelabang bisa menimbulkan masalah karena memakan tanaman yang masih muda.

6. Basmi Tikus Tanah. Dengan menyebarkan tembakau pada lubang yang menjadi sarang tikus.

7. Menyingkirkan Laba-Laba. Memasukkan tembakau ke dalam sepanci air mendidih. mendinginkan dan menyaring. Kemudian menambahkan setengah cangkir sabun cair wangi lemon. Dan menyemprotkan larutan ini di sekitar halaman untuk menyingkirkan laba-laba.


Rabu, 13 Januari 2021

PENGENDALIAN HAMA WERENG SECARA TERPADU PADA TANAMAN PADI

 

Wereng merupakan hama yang sering ditemui pada tanaman padi. Hama wereng adalah sejenis serangga kepik terbang yang memiliki kebiasaan untuk menghisap cairan tanaman. wereng dibedakan menjadi 3 jenis yakni wereng hijau, wereng coklat dan wereng punggung putih. Wereng coklat (Nilaparvata lugens) merupakan hama yang sangat merugikan untuk tanaman padi. Wereng merupakan serangga yang biasa bergerak dalam kawanan yang banyak dan mampu berpindah tempat dengan terbang hingga 100 km. Dalam perkembangbiakannya wereng juga tergolong sangat cepat sehingga akan menyerang suatu wilayah dengan cepat. Selain menghisap cairan pada tanaman padi, ternyata wereng juga mampu menularkan virus tungro. Hal ini tentu saja akan berbahaya bagi pertumbuhan tanaman.

Untuk pengendalian hama wereng, biasanya petani menggunakan bahan kimia berupa insektisida tipe kontak dan sistemik berbahan aktif sipermetrin ataupun imadikoplorid. Namun penggunaan bahan kimia ini secara terus menerus bisa mengakibatkan wereng menjadi resisten terhadap insektisida yang digunakan, sehingga akan sulit dikendalikan dikemudian hari. Oleh karena itu diperlukan pengendalian hama secara terpadu yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah dengan pengendalian hayati. Pengendalian hayati lebih ramah terhadap lingkungan dan tidak akan menyebabkan resisten pada hama. Pengendalian hayati salah satunya dengan cara inundasi. Inundasi adalah memasukkan agen hayati dari luar dengan sengaja ke pertanaman untuk mengendalikan hama. Inundasi yang dapat dilakukan adalah penggunaan cendawan Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae sebagai agen hayati. Bahan aktif untuk cendawan ini dijual dibeberapa situs belanja online maupun toko petranian, sehingga mudah untuk ditemui.


Deskripsi Beauveria Bassiana

Beauveria Bassiana merupakan jamur entomopatogenetik yang dapat menyebabkan sakit bahkan kematian bagi serangga hama. Jamur beauveria akan tumbuh pada serangga dan kemudian membentuk akan membentuk spora di dalam tubuh serangga/ hama dan lambat laun hama akan mati dengan sendirinya.

Cara Penggunaan:

100 gram beauveria dicampur 14 liter air, bisa ditambakan gula sebagai perekat kemudian dimasukan tangki dengan cara disaring. Aplikasikan pada padi pagi hari sebelum jam 9 atau sore hari setelah jam 3.

Deskripsi METARHIZIUM Anisopliae.

Insektisida Organik Pengendali berbagai Jenis Serangga Pengganggu Tanaman-METARIZIUM
1. Metarhizium Anisopliae merupakan Jamur Entomopatogen yang dapat dijadikan sebagai salah satu agen hayati untuk mengendalikan serangga baik serangga yang menyerang tanaman maupun
organisme antagonis yang berada dalam tanah.
2. Jamur ini bersifat parasit terhadap serangga yang akhirnya dapat menyebabkan penyakit bila
menginfeksi serangga, sehingga dapat menurunkan populasi serangga hama dalam suatu areal
pertanian.
FUNGSI:
- Mengendalikan lebih dari 50 jenis serangga, di antaranya : Kumbang Gandum (Anisopliae Austriaca), Hama Tebu (Cleanus Punctiventris), Kumbang Tanduk (Oryctes Rhinocheros), Kumpang Kelapa, Hama Bubuk Kopi, Helopeltis, Caplak, Tungau, Wereng Batang Coklat, Wereng Hijau, Walang Sangit, Penggerek Batang, Pengerek Jagung, Aphis sp, Myzus sp, Ulat Grayak (Spodoptera sp), Uret, Kepik Hama, Belalang, Ulat Jengkal, dll.

Cara pengunaan:

 100 gram Metarhizium dilarutkan dalam 10 - 15 liter air (satu tangki) kemudian di semprotkan ke sekitar perakaran, batang dan daun secara merata atau 3 - 4 kg / ha dengan kebutuhan larutan
semprot 400 - 500 liter.
CATATAN :
1. Efektifitas Metarhizium anisopliae di lapang sangat dipengaruhi oleh tingkat virulensi, viabilitas & konsentrasi spora.
2. Dalam aplikasi di lapangan perlu ditambah Perekat / Perata / Penembus untuk menghilangkan
ketegangan permukaan spora sehingga terpisah satu dengan yang lain.
3. Di samping itu perlu ditambah gula pasir untuk nutrisi tambahan bagi Metarhizium Anisopliae (untuk tiap tangki ukuran + 10 liter ditambahkan 1 (satu ) Tutup Perekat & 2 (dua ) sendok teh gula pasir.
4. Waktu aplikasi sebaiknya pada sore hari untuk menghindari sinar ultra violet yg akan menurunkan efektifitas cendawan Metarhizium Anisopliae.

            Selain menggunakan cendawan, bisa juga menggunakan musuh alami/ predator wereng yang dilepaskan pada areal yang terserang. Musuh alami wereng antara lain adalah laba-laba serigala, kepik mired, kumbang koksinelid, capung jarum, kumbang paedorus, belalang bertanduk panjang, kumbang karabid. Untuk memanfaatkan predator ini kita harus melakukan pengamatan minimal 1 minggu 1 kali.

Penyebab berkembangnya hama wereng cokelat antara lain perubahan biotipe dan penanaman varietas rentan. Untuk mengurangi penggunaan insektisida juga bisa dengan menggunakan varietas tanaman padi tahan hama wereng. Badan Litbang Pertanian telah melepas beberapa varietas unggul baru padi tahan wereng cokelat, antara lain Inpari 18, Inpari 19, Inpari 31, Inpari 33, Inpari 34 Salin Agritan, dan Inpari 35 Salin Agritan.

Inpari 18 mampu berproduksi hingga 9,5 t/ha dengan rata-rata 6,7 t/ha, umur genjah 102 hari, tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 18%. Selain tahan hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan agak tahan biotipe 3, Inpari 18 juga tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III dan agak tahan patotipe IV. Padi unggul ini cocok dikembangkan pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan dengan ketinggian tempat 0-600 m dari permukaan laut (dpl).

Varietas Inpari 19 memiliki potensi hasil 9,5 t/ha dengan rata-rata 6,7 t/ha, umur genjah 104 hari, tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 18%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan agak tahan biotipe 3, padi unggul ini juga tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III dan agak tahan patotipe IV. Inpari 19 sesuai ditanam pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan dengan ketinggian lokasi pengembangan 0-600 m dpl.

Inpari 31 berpotensi hasil 8,5 t/ha dengan rata-rata 6,0 t/ha, umur 112 hari, tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 21,1%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan 3, padi unggul baru ini juga tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III, tahan penyakit blas ras 033, dan tahan penyakit tungro ras Lanrang. Inpari 31 cocok dikembangkan pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian lokasi 600 m dpl.

Varietas Inpari 33 mampu berproduksi 9,8 t/ha dengan rata-rata 6,6 t/ha, umur 107 hari, tekstur nasi sedang dengan kadar amilosa 23,4%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan 3, padi unggul baru ini juga tahan penyakit hawar daun bakteri protipe III, dan tahan penyakit blas ras 073. Inpari 33 sesuai dikembangkan pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian lokasi 600 m dpl dan tidak dianjurkan ditanam pada lahan sawah endemik penyakit tungro.

Inpari 34 Salin Agritan berumur genjah 102 hari dengan potensi hasil 8,1 t/ha, rata-rata 6,0 t/ha, tekstur nasi agak pera dengan kadar amilosa 22,8%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, varietas unggul baru ini juga tahan penyakit blas ras 033 dan 173, toleran salinitas, dan dapat dikembangkan pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian lokasi 500 m dpl.

Inpari 35 Salin Agritan berpotensi hasil 8,3 t/ha, umur 106 hari, tekstur nasi agak pera dengan kadar amilosa 24%. Agak tahan terhadap wereng cokelat biotipe 1, padi unggul baru ini juga tahan penyakit blas ras 073, dan tidak dianjurkan ditanam pada lahan sawah endemik tungro.

Sumber : Badan Litbang Pertanian

Selain itu juga bisa dilakukan pengendalian hama secara mekanik dan fisik. Pengendalian secara mekanik dan fisik antara lain:

1.      Genangi persemaian, selama sehari, sampai hanya ujung bibit saja yang terlihat.

2.     Sapu persemaian dengan jaring untuk menghilangkan wereng (tapi tidak telurnya), terutama dari persemaian kering. Pada kepadatan wereng yang tinggi, penyapuan tidak akan dapat menghilangkan wereng dalam jumlah banyak dari bagian basal tanaman.

3.     Memperluas jarak tanam, penggunaan sistem tanam jajar legowo juga bisa mengurangi ledakan hama wereng.

4.  Tanam tanaman refugia di sekitar lahan pertanian. Jenis tanaman yang berpotensi dijadikan sebagai tanaman refugia adalah jenis tanamanberbunga yang mempunyai warna mencolok, seperti: Bunga Matahari, Bunga Kertas, Bunga Jengger Ayam (Celosia), Bunga Kenikir, dan Bunga Tahi Ayam (Marigold).


Untuk mengurangi adanya ledakan hama wereng juga bisa dengan cara penanaman padi secara serentak. Hal ini dapat pencegah mobilisasi dari hama wereng, sehingga meminimalisir terjadinya ledakan hama. Selain itu juga harus dilakukan pergiliran tanaman agar hama tidak menetap pada satu lahan terus menerus.

Upaya lain yang bisa dilakukan untuk mengendalikan hama wereng dengan mengurangi penggunaan bahan kimia adalah penggunaan insektisida nabati sebagai pengganti bahan kimia yang berbaya dan dapat menyebabkan resisten pada hama wereng. Penggunaan insektisida nabati dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan resistensi pada hama wereng sehingga lebih ramah lingkungan. Insektisida nabati terbuat dari tanaman yang dimanfaatkan sebagai insektisida, sehingga untuk harganya pun lebih terjangkau. Selain itu petani juga dapat memproduksi sendiri insektisida nabati. Penggunaan insektisida nabati pun juga dirasa cukup efektif berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ( Kardinan, 2011). Gambar dibawah ini merupakan dokumentasi pengendalian hama wereng menggunakan insektisida nabati di Kelompok Tani Mulyo Desa Tanggung Kecamatan Campurdarat.


Dalam    penelitian Sarjan (2009) menunjukkan bahwa insektisida nabati secara umum  bahan aktifnya berasal dari tumbuh‐tumbuhan yang bersifat racun bagi organisme pengganggu, mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, dan fenolik. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati adalah tanaman tali putri (Cassytha filiformis L.). Ekstrak pada tanaman ini mengandung saponin yang merupakan kelompok metabolit sekunder sehingga dapat digunakan sebagai insektisida nabati.

 

Referensi:

BBPadi. 2015. Padi Unggul Baru Tahan Hama Wereng Batang Cokelat. Diakses pada 12 Januari 2021 < http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-berita/info-teknologi/padi-unggul-baru-tahan-hama-wereng-batang-cokelat >

Baehaki S.E. 2011. Strategi fundamental pengendalian hama wereng batang coklat dalam pengamanan produksi padi nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian 4(1): 63-75.

Effendi, B. S. 2009. Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi dalam perspektif praktek pertanian yang baik (good agricultural practices). Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1): 65-68.

Kardinan, A. 2011. Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal dalam pengendalian hama tanaman menuju sistem pertanian organik. Pengembangan Inovasi Pertanian 4(4): 262-278.

Sumarni, T. 2019. Cara Mengatasi Hama Wereng Secara Alami. Diakses pada 12 Januari 2021 < http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/75369/cara-mengatasi-hama-wereng-secara-alami/ >

Wibowo, A. 2017. Petunjuk Lapangan Pengendalian Hama Wereng Coklat. Diakses pada 12 Januari 2021 < http://pertanian.magelangkota.go.id/informasi/teknologi-pertanian/124-petunjuk-lapangan-pengendalian-hama-wereng-coklat >

Kamis, 07 Januari 2021

PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA DENGAN CARA PENGOLAHAN SAMPAH DAPUR MENJADI PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DENGAN METODE EMBER TUMPUK

Sumber: Qonita Aulia Zahidah, 2020

        Karena adanya kelangkaan ketersediaan pupuk akhir-akhir ini, maka perlu adanya trobosan atau alternatif lain sebagai pengganti pupuk dalam memenuhi kebutuhan akan unsur hara pada tanaman. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah pemanfaatan limbah rumah tangga/ sampah dapur menjadi Pupuk Organik Cair (POC) dengan menggunakan metode ember tumpuk. Dengan begitu saat pupuk sedang langka atau harganya naik petani dapat menggantinya dengan POC buatan sendiri yang lebih ramah lingkungan, mudah didapatkan dan tentunya harganya lebih terjangkau (Jongtae, 2010). Selain ramah lingkungan pembuatan POC juga tidak membutuhkan biaya yang besar, dan hanya memanfaatkan limbah rumah tangga (sisa buah, sayur, nasi, dll) serta bisa juga menggunakan ember bekas cat. Cara pembuatannya pun tidak rumit, berikut cara membuat POC dengan menggunakan metode ember tumpuk yang bisa dilakukan dirumah : 
 Alat dan bahan yang digunakan antara lain: 
1. 2 Buah Ember 
2. Pisau, solder, gunting 
 3. Kran Air 
4. Lem Pipa 
5. Sampah Dapur (Limbah Buah untuk 2 minggu awal, setelah 2 minggu bisa dimasukkan nasi sisa) 
Metode Pembuatan Ember Tumpuk: 
a. Ember Bagian Bawah 
Berfungsi sebagai penampung lindi, yang kemudian akan diolah menjadi pupuk organik cair. 
1. Melakukan pemasangan kran (kran dispenser yang ada seal ganda dipilih agar rapat) dengan posisi di samping bawah ember, sekitar 5 cm di atas dasar. 
 2. Tutup ember dipotong, diambil bagian tepinya saja, digunakan sebagai penyangga ember atas.
b. Ember Bagian Atas 
Berfungsi sebagai penampung sampah yang di olah. 
1. Membuat lubang-lubang kecil (diameter 5 mm) sebanyak mungkin pada bagian bawah untuk pengatusan. 
 2. Membuat lubang kecil sebanyak empat buah (diameter 5 mm), pada bagian samping atas ember di bawah tutup. Fungsi lubang kecil tersebut untuk mengatur sirkulasi udara dan tempat masuk telur atau larva muda yang baru saja menetas.
Cara kerja ember tumpuk : 
1. Sampah organik sisa rumah tangga dimasukkan secara berkala ke dalam ember, apa adanya, tidak perlu dipotong-potong atau dicuci. Ember ditutup kembali hingga rapat. Suasana panas dan lembab di dalam ember membuat mikrobia bawaan dari buah akan cepat berkembang.
2. Aroma senyawa volatil yang dihasilkan akan keluar melalui lubang kecil, mengundang induk lalat Hi untuk datang meletakkan telur. Telur akan menetas menjadi larva muda dalam beberapa jam dan bergerak masuk menuju material yang mulai terombak. 
 3. Lindi yang dihasilkan dibiarkan saja di dalam ember bawah selama kurang lebih satu bulan. Setelah itu baru dapat diteruskan proses pematangan menjadi pupuk organik cair (POC). Proses pematangannya yaitu dengan cara membuka kran, Kemudian lindi dimasukkan ke dalam botol bening, separuh saja, tutup dikendorkan, kemudian dijemur di terik matahari sampai warna berubah menjadi hitam coklat dan aroma lembut di hidung. (masih menunggu 1 bulan lagi)
4. POC yang sudah jadi dapat dipakai dengan cara diencerkan menjadi 5%, sekitar tiga sendok makan POC ditambahkan 1 liter air. POC dapat pula disimpan dalam drum tanpa batas kadaluarsa untuk digunakan pada musim berikutnya. 
5. Larva Hi dan kompos, dapat dipanen secara berkala. Larva Hi (magot) mengandung protein 40% dan lemak 30%, sangat baik dipakai sebagai pakan ikan dan ayam. Magot dapat diberikan langsung atau ditepungkan terlebih dahulu. Kompos yang dihasilkan dapat ditiriskan dan diayak untuk dipakai langsung. Kompos dapat juga dipakai sebagai sumber mikroba perombak untuk pengomposan bahan yang lain seperti kotoran kandang ternak atau dedaunan. 
    Pemanfaatan limbah rumah tangga ini diharapkan dapat membantu petani dalam mengatasi permasalahan kelangkaan pupuk, karena pembuatannya yang mudah dan biayanya bisa terbilang ramah dikantong. Selain itu POC juga ramah lingkungan karena terbuat dari bahan organik. Dari pemanfaatan limbah rumah tangga dengan metode ember tumpuk selain menghasilkan POC juga menghasilkan 2 produk sampingan yang tidak kalah bermanfaat yaitu Larva Hi dan kompos. Larva Hi (magot) sangat baik dipakai sebagai pakan ikan dan ayam. Magot dapat diberikan langsung atau ditepungkan terlebih dahulu. Kompos yang dihasilkan dapat ditiriskan dan diayak untuk dipakai langsung. Kompos dapat juga dipakai sebagai sumber mikroba perombak untuk pengomposan bahan yang lain seperti kotoran kandang ternak atau dedaunan. POC yang dihasilkan juga bisa terbilang efektif dalam meningkatkan hasil tanam. Kombinasi antara pupuk anorganik dengan pupuk organik cair pada P6 (NPK 100% + POC 100%) memberikan hasil yang paling baik pada seluruh parameter pengamatan ialah pada tinggi tanaman, indeks khlorofil, total jumlah bunga, jumlah buah dan bobot segar buah/tanaman. Peniliaian keefektifan pupuk juga menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik cair efektif pada pertumbuhan dan hasil tanaman Cabai Besar (Silalahi & Tyasmoro, 2020). 



Tutorial pembuatan dibawah:  
 Referensi: 
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Agro Media Pustaka, Jakarta Selatan. Jongtae L. 2010. Effect of application methods of organic fertilizer on growth, soil chemical properties and microbial densities in organic bulb onion production. Scientia Horticulturae 124(3): 299-305. Silalahi, S. H., S. Y. Tyasmoro. 2020. Uji efektivitas pupuk organik cair pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai besar (Capsicum annuum L.). Junal Produksi Tanaman 8(3): 321-328.

Rabu, 06 Januari 2021

Pembagian Kartu Tani di Tengah Pandemi

Pemerintah terus melakukan penyempurnaan dalam implementasi penggunaan Kartu Tani. Lewat Kartu Tani, pemerintah melalui Kementerian Pertanian akan mendistribusikan pupuk bersubsidi. Oleh karena itu, penyebaran Kartu Tani ke seluruh Tanah Air akan dilakukan bertahap dan diharapkan bisa diberlakukan secara efektif pada 2021. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan Kartu Tani memiliki manfaat yang baik buat petani. Khususnya buat penerima pupuk subsidi. “Pola pendistribusian pupuk subsidi terus kita perbaiki. Sehingga saat ini data penerima pupuk subsidi bisa valid hingga 94%. Data ini akan akan semakin diperkuat dengan Kartu Tani yang kriterianya berdasarkan by name by address. Dengan cara ini, kita harapkan pupuk bersubsidi benar-benar diterima oleh pihak yang membutuhkan,” tuturnya. Sementara itu untuk khususnya wilayah kecamatan campuradarat Kabupaten Tulungagung dalam pendistribusian kartu tani masih terhambat oleh beberapa faktor yaitu salah satunya adanya pandemi virus civid-19 yang melarang warga untuk berkerumun, selain itu juga masih menunggu hasil cetakan kartu tani oleh pihak Bank.
Tetapi demikian untuk kartu tani tetap didistribusikan sampai ke petani dengan melalui berbagai mekanisme dengan harapan supaya segera mungkin kartu tani dapat segera difungsikan sebagaimana mestinya.